Minggu, 13 Oktober 2013

Beragam sejarah Olahraga di Dunia


SEJARAH BOLA BASKET

Sejarah Bola Basket- Bola Basket termasuk salah satu olahraga yang terkenal di dunia.Namun tahukah anda sejarah awal dari adanya bola basket tersebut ? Simaklah ulasan berikut mengenai Sejarah Bola Basket yang saya kutip dari beberapa sumber.

Dr James Naismith dikenal di seluruh dunia sebagai penemu bola basket. Ia lahir pada 1861 di perkampungan Ramsay, dekat Almonte, Ontario, Kanada. Konsep basket lahir dari hari-hari sekolah Naismith di daerah di mana ia bermain permainan anak yang sederhana dikenal sebagai bebek rock-on-a-di luar satu sekolah-kamarnya. Permainan yang terlibat mencoba ketukan "bebek" dari atas sebuah batu besar dengan melempar batu lain di itu. Naismith pergi untuk menghadiri McGill University di Montreal, Quebec, Kanada.


Sejarah Bola Basket
Setelah sebelumnya menjabat sebagai Direktur McGill's Athletic, James Naismith pindah ke YMCA Training School di Springfield, Massachusetts, USA pada tahun 1891, di mana olahraga basket lahir. Di Springfield, Naismith dihadapkan dengan masalah mencari olahraga yang cocok untuk bermain di dalam selama musim dingin Massachusetts bagi para siswa di Sekolah Kristen Pekerja. Naismith ingin menciptakan permainan keterampilan bagi siswa bukan hanya satu yang bergantung sepenuhnya pada kekuatan. Dia membutuhkan sebuah permainan yang bisa dimainkan di dalam ruangan di sebuah ruang yang relatif kecil. Permainan pertama dimainkan dengan bola sepak bola dan keranjang persik dua digunakan sebagai tujuan. Naismith bergabung dengan fakultas University of Kansas di tahun 1898, mengajar pendidikan jasmani dan menjadi ulama militer.

James Naismith menyusun seperangkat aturan tiga belas basket :
Bola dapat dilemparkan ke segala arah dengan satu atau kedua tangan.
Bola dapat dipukul ke segala arah dengan satu atau kedua tangan, tetapi tidak pernah dengan tinju.
Seorang pemain tidak dapat berjalan dengan bola. Pemain harus melemparkan dari tempat di mana dia menangkap itu, tunjangan yang dibuat untuk orang berjalan pada kecepatan yang baik.
Bola harus dipegang di dalam atau di antara tangan. Lengan atau badan tidak boleh digunakan untuk memegangnya.
Tidak memikul, memegang, mendorong, memukul atau tersandung dengan cara apapun dari lawan. Pelanggaran pertama peraturan ini oleh setiap orang yang akan dianggap sebagai pelanggaran, kedua akan mendiskualifikasi dia sampai tujuan selanjutnya adalah dibuat atau, jika ada maksud jelas untuk melukai orang, untuk seluruh permainan. substitusi Tidak diperkenankan.
Sebuah busuk mencolok pada bola dengan tinju, pelanggaran terhadap Aturan 3 dan 4 dan seperti yang dijelaskan dalam Peraturan 5.
Jika kedua sisi membuat tiga pelanggaran berturut-turut itu akan dihitung sebagai tujuan untuk lawan (berarti berturut-turut tanpa lawan dalam sementara membuat busuk).
Tujuan harus dibuat ketika bola dilemparkan atau dipukul dari tanah ke dalam keranjang dan tinggal di sana, memberikan mereka membela tujuan tidak menyentuh atau mengganggu tujuan. Jika bola terletak pada sisi dan lawan menggerakkan keranjang, hal itu akan dihitung sebagai gol.
Ketika bola keluar dari batas, maka harus dilemparkan ke dalam lapangan dan dimainkan oleh orang pertama menyentuhnya. Dalam kasus sengketa wasit akan membuangnya langsung ke lapangan. Para pelempar-in diperbolehkan lima detik. Jika ia memegang lebih lama, ia harus pergi ke lawan. Jika sisi manapun tetap dalam menunda permainan, wasit harus panggilan pelanggaran terhadap mereka.
Wasit harus menjadi hakim dari laki-laki dan akan mencatat pelanggaran dan memberitahu wasit ketika tiga pelanggaran berturut-turut telah dibuat. Ia harus memiliki kekuatan untuk mendiskualifikasi laki-laki sesuai dengan Aturan 5.
Wasit harus hakim bola dan memutuskan bila dalam bermain di batas-batas, sisi mana ia berada, dan akan tetap waktu. Ia akan memutuskan kapan tujuan telah dibuat dan menjaga rekening tujuan dengan tugas-tugas lain yang biasanya dilakukan oleh wasit.
Waktu harus dua bagian 15-menit dengan istirahat lima menit 'antara.
Sisi membuat gol terbanyak dalam waktu yang akan dinyatakan sebagai pemenang.
Selain penciptaan basket, James Naismith lulus sebagai dokter medis, terutama tertarik pada fisiologi olahraga dan apa yang sekarang kita sebut ilmu olahraga dan sebagai menteri Presbyterian, dengan minat dalam filsafat dan hidup bersih. Naismith mengawasi olahraga, basket, diperkenalkan di banyak negara oleh gerakan YMCA pada awal 1893. Basket diperkenalkan di Olimpiade Berlin pada tahun 1936. Naismith diterbangkan ke Berlin untuk menonton pertandingan. Dia meninggal di Lawrence, Kansas, pada tahun 1939.

SEJARAH OLAHRAGA BULU TANGKIS


Sejarah Olahraga Bulu Tangkis (Badminton)- Bulutangkis atau badminton adalah suatu olahraga raket yang dimainkan oleh dua orang (untuk tunggal) atau dua pasangan (untuk ganda) yang berlawanan. Mirip dengan tenis, bulutangkis dimainkan dengan pemain di satu sisi bertujuan memukul bola permainan ("kok" atau "shuttlecock") melewati net agar jatuh di bidang permainan lawan yang sudah ditentukan. Dia juga harus mencoba mencegah lawannya melakukan hal tersebut kepadanya. Baiklah pada kesempatan kali ini Kumpulan Sejarah akan mencoba berbagi pengetahuan kepada sobat semua mengenai Sejarah Olahraga Bulu Tangkis (Badminton) yang dapat menambah wawasan anda mengenai olahraga yang sangat di gemari di Indonesia ini.


Bulu Tangkis (Badminton)
Sejarah Olahraga Bulu Tangkis (Badminton)

Dari mana cabang olahraga badminton berasal dan bagaimana sejarah awalnya ? Orang hanya mengenal nama badminton berasal dari sebuah rumah/istana di kawasan Gloucester-shire, sekitar 200 kilometer sebelah barat London, Inggris. Badminton House Demikian nama istana tersebut, menjadi saksi sejarah bagaimana olahraga ini mulai dikembangkan menuju bentuknya sekarang. Di bangunan tersebut, sang pemilik, Duke of Beaufort dan keluarganya pada abad ke-17 menjadi aktivis olahraga ini. Akan tetapi, Duke of Beaufort bukanlah penemu permainan itu. Badminton hanya menjadi nama karena dari situlah permainan ini mulai dikenal di kalangan atas dan kemudian menyebar. Badminton menjadi satu-satunya cabang olahraga yang namanya berasal dari nama tempat.

Yang juga tanda tanya besar adalah bagaimana nama permainan ini berubah dari battledore menjadi badminton. Nama asal permainan dua orang yang menepak bola ke depan (forehand) atau ke belakang (backhand) selama mungkin ini tadinya battledore. Asal mula permainan battledore dengan menggunakan shuttlecock (kok) sendiri juga misteri. Dulu orang menggunakan penepak dari kayu (bat). Dua orang menepak “burung” itu ke depan dan ke belakang selama mungkin.

Permainan macam ini sudah dilakukan anak-anak dan orang dewasa lebih dari 2000 tahun lalu di India, Jepang, Siam (kini Thailand), Yunani, dan Cina. Di kawasan terakhir ini dimainkan lebih banyak dengan kaki. Di Inggris ditemukan ukiran kayu abad pertengahan yang memuat gambar anak-anak sedang menendang-nendang shuttlecock. Permainan menggunakan kok memang mempunyai daya tarik tersendiri. Setelah ditepak atau dipukul ke atas maka begitu “jatuh” (menurun) kok akan melambat, memungkinkan orang mengejar dan menepaknya lagi ke atas. Yang menjadi tanda tanya, bagaimana bisa terbentuk kok seperti sekarang: ada kepala dengan salah satu ujung bulat dan di ujung lain yang datar tertancap belasan bulu sejenis unggas? Bahan-bahan untuk membuat kok memang sudah ada di alam. Bentuk kepala kok yang bulat sudah ada di sekitar kita, biasa ditemukan dalam buah-buahan atau batu.

Pertanyaannya adalah bagaimana awalnya bulu-bulu bisa menancap di kepala kok ? Ada yang berpendapat bahwa ada seseorang sedang duduk di kursi dan di depannya meja tulis. Dia melamun dan memikirkan sesuatu yang jauh. Tanpa disengaja dia mengambil tutup botol yang terbuat dari gabus dan kemudian menancap-nancapkan pena yang ketika itu terbuat dari bulu unggas. Beberapa pena tertancapkan dan jadilah bentuk sederhana sebuah kok.

Tentu ini tidak ada buktinya. Hanya kemudian memang terbentuk alat permainan seperti itu yang di tiap kawasan berbeda bentuknya. Pada tahun 1840-an dan 1850-an keluarga Duke of Beaufort ke-7 paling sering menjadi penyelenggara permainan ini. Menurut Bernard Adams (The Badminton Story, BBC 1980) anak-anak Duke – tujuh laki-laki dan empat perempuan – inilah yang mulai memainkannya di ruang depan. Lama-lama mereka bosan permainan yang itu-itu saja. Mereka kemudian merentangkan tali di antara pintu dan perapian dan bermain dengan menyeberangkan kok melewati tali itu. Itulah awal net. Akhir tahun 1850-an mulailah dikenal jenis permainan baru. Pada tahun 1860-an ada seorang penjual mainan dari London – mungkin juga penyedia peralatan battledore – bernama Isaac Spratt, menulis Badminton Battledore – a new game. Tulisan tersebut menggambarkan terjadinya evolusi permainan di Badminton House.

Sekian informasi mengenai Sejarah Olahraga Bulu Tangkis (Badminton), semoga dapat bermanfaat dan menjadi pengetahuan tambahan bagi sobat semua.


SEJARAH OLAHRAGA TENIS LAPANGAN


Sejarah Olahraga Tenis Lapangan- Tenis adalah olahraga yang biasanya dimainkan antara dua pemain atau antara dua pasangan masing-masing dua pemain. Setiap pemain menggunakan raket untuk memukul bola karet. Tenis juga merupakan satu cabang olahraga Olimpiade dan dimainkan pada semua tingkat masyarakat di segala usia. Olahraga ini dapat dimainkan oleh siapa saja, termasuk orang-orang yang duduk dikursi roda.


Sejarah Olahraga Tenis Lapangan
Menurut sejarah olahraga tenis sendiri telah dimainkan sejak zaman purbakala, yaitu di Mesir dan Yunani. Cikal bakal olahraga tenis adalah permainan “Jeu de Paume” yang populer di Perancis pada sekitar abad ke-11. Kata tenis berasal dari bahasa Perancis “tenez” yang berarti “main” atau “tangkap” yang diteriakkan pemain pada awal permainan pada saat itu.

Permainan tersebut kemudian menyebar ke Inggris dan Italia sekitar abad ke-13 dan merupakan permainan yang digemari oleh kaum bangsawan saat itu. Pada masa itu, kaum bangsawan yang bermain tenis tidak menggunakan pakaian olahraga seperti sekarang ini. Pakaian yang digunakan serba putih dan biasa digunakan khusus untuk kaum bangsawan. Pada awalnya cara bermain saat memukul bola hanya dengan menggunakan tangan, kemudian berkembang menggunakan sarung tangan dari kulit (glove), pakai tongkat/stick, pakai raket sederhana dan terus berkembang hingga saat ini menggunakan raket-raket bertali senar dengan teknologi yang canggih.

Bola yang digunakan pada awalnya hanya terbuat dari kayu, kemudian berkembang bola kayu yang dilapisi kulit, dilapisi benang berbulu dan saat ini bola dari bahan karet. Pada abad ke-15, Antonio da Scalo, seorang Pastur Italia, mengenalkan pertama kali pemakaian raket dan peraturan permainan tenis. Beliau menulis undang-undang umum bagi semua permainan yang menggunakan bola termasuk tenis. Majalah Inggris Sporting Magazine menamakan permainan ini sebagai tenis lapangan.

Tennis, kita ketahui, adalah permainan atau olah raga dengan menggunakan raket dan bola. Dalam olah raga yang juga disebut lawn tennis raket dipukulkan ke bola sambut menyambut oleh seorang atau sepasang pemain yang saling berhadapan – ke seberang jaring yang sengaja dipasang di sebidang lapangan empat persegi panjang. Tadinya, sekitar abad ke-I6, tennis dimainkan di Italia, Prancis, dan lnggris, ketika lapangan mainnya dibangun di balik dinding-dinding istana kcrajaan. Tapi tennis modern diperkenalkan oleh Mayor Wingfield di Inggris pada 1873, dan setahun kemudian oleh Nona Mary Outerhridge di Amerika Serikat. Lapangan-lapangan permainannya pun dibangun di kedua negeri itu. Kejuaraan tennis pertama dilangsungkan di Wimbledon, kota kecil sekitar 12 km di barat daya London, Inggris. Persatuan Tennis AS didirikan, 1881. berbagai kejuaraan amatir diselenggarakan di beberapa negara, yang mengundang datangnya beribu-ribu penonton. Mula-mula hanya memainkan partai tunggal putra, diikuti partai tunggal putri tiga tahun kemudiannya. Tahun 1900 adalah saat bersejarah bagi tennis. Pada tahun itulah Dwight Davis, bintang ganda AS, mcnghadiahkan sebuah piata Perak untuk diperebutkan dalam turnamen antarnegara, yang kcmudian tenar sebagai “Davis Cup” . Dalam pertandingan internasional pertama antara AS dan Inggris, Amerika unggul 3-0. Kian populer dan majunya olah raga tenis, tak ayal telah mendorong didirikannya “Federation Internationale de Lawn Tennis” (Federasi Tennis Intcrnasionsl) pada 1912.

SEJARAH RENANG DUNIA

Renang telah dikenal sejak masa prasejarah. Lukisan dari Jaman Batu telah ditemukan di dalam "gua para perenang" dekat Wadi Sora (atau Sura) dibagian barat-daya Mesir. Referensi tulisan yang berasal dari 2000 tahun sebelum masehi, termasuk Gilgamesh, Iliad, dan Odyssey, Injil (Ezekiel 47:5, Perjanjian 27:42, Isaiah 25:11, Beowulf, dan hikayat lainnya). Pada tahun 1538 Nicolas Wynman, Profesor bahasa berkebangsaan Jerman, menulis buku renang pertama kali, "Colymbetes". Kompetisi renang di Eropa dimulai sekitar tahun 1800, sebagian besar menggunakan gaya dada.

Gaya bebas, yang kemudian disebut the trudgen, diperkenalkan pada tahun 1973 oleh John Arthur Trudgen, menirunya dari Orang Amerika asli. Renang menjadi bagian dari pertandingan Olympiade modern yang pertama tahun 1896 di Atena. Pada tahun 1902 the trudgen diperbaharui oleh Richard Cavill, menggunakan sentakan mengibas. Pada tahun 1908, asosiasi renang sedunia, Federasi Renang Amatir International (FINA/ Federation Internationale de Natation de Amateur) dibentuk. Gaya kupu-kupu pertama kali merupakan variasi dari gaya dada, sampai akhirnya ia diterima sebagai gaya yang terpisah pada tahun 1952.

Zaman Kuno
 
Lukisan dari Zaman Batu telah ditemukan didalam "gua para perenang" dekat Wadi Sora (atau Sura) dibagian Barat-Daya Mesir dekat Libya. Gambar-gambar ini nampak menunjukkan gaya dada atau gaya anjing mengayuh, meskipun bisa jadi ia mungkin menunjukkan gerakan yang berkaitan dengan prosesi ritual yang artinya tidak ada kaitannya dengan renang. Gua ini juga digambarkan pada film English Patient.

Stempel lilin Mesir yang bertanggal antara 4000 dan 9000 tahun sebelum masehi menunjukkan empat perenang yang diyakini berenang dengan variasi dari gaya bebas. Referensi lain mengenai renang juga ditemukan pada gambar timbul Babylonia dalam lukisan dinding Assyria yangmenunjukkan variasi dari gaya dada. Lukisan yang paling terkenal telah ditemukan di padang pasir Kebir dan diperkirakan berasal dari sekitar 4000 tahun sebelum masehi.

Gambar timbul Nagoda juga menunjukkan perenang yang berasal dari 3000 tahun sebelum masehi. Istana Indian Mohenjo Daro dari 2800 tahun sebelum masehi memiliki kolam renang berukuran 30 m x 60 m. Istana Minoan Minos of Knossos di Kreta juga dilengkapi dengan bak mandi. Makam kuno Mesir dari 2000 tahun sebelum masehi menunjukkan variasi dari gaya bebas.

Penggambaran perenang juga ditemukan pada Hittites, Minoans, dan masyarakat Timur Tengah lainnya, orang Inca dalam Rumah Tepantitla di Teotihuacan, dan dalam mosaik di Pompeii. Referensi tulisan yang berasal dari 2000 tahun sebelum masehi, termasuk Gilgamesh, the Iliad, the Odyssey, Injil (Ezekiel 47:5, Perjanjian 27:42, Isaiah 25:11), Beowulf, dan hikayat lainnya, meskipun gayanya tidak pernah dijelaskan. Ada juga beberapa yang menyinggung para perenang dalam naskah kuno Vatikan, Borgian dan Bourbon.

Orang-orang Yunani tidak mengikut sertakan renang pada Pertandingan Olympiade kuno, namun mempraktekan olah raga tersebut, sering kali membangun kolam renang sebagai bagian dari bak mandi mereka. Satu pernyataan yang biasanya menyinggung di Yunani adalah dengan mengatakan tentang seseorang bahwa dia tidak tahu bagaimana caranya berlari ataupun berenang. Orang-orang Etruscan di Tarquinia (Italia) menunjukkan gambar para perenang dalam 600 tahun sebelum masehi, dan makam kuno di Yunani menunjukkan gambar perenang-perenang 500 tahun sebelum masehi.

Orang Yunani Sisilia telah dijadikan tawanan pada sebuah kapal Persia king Xerxes I pada 480 tahun sebelum masehi. Setelah mengetahui serangan yang akan datang untuk angkatan laut Yunani, ia mencuri pisau dan lompat keluar kapal. Sepanjang malam dan dengan menggunakan alat bantu pernapasan (snorkel) yang terbuat dari buluh, ia berenang kembali kearah kapal dan memotong talinya.

Juga dinyatakan bahwa ketrampilan berenang telah menyelamatkan bangsa Yunani pada perang Salamis, ketika bangsa Persia semuanya tenggelam ketika kapal mereka dihancurkan. Julius Caesar juga dikenal sebagai sebagai perenang yang baik. Sejumlah relif dari 850 tahun sebelum masehi di Galeri Nimrud dari Musium Inggris menunjukkan para perenang, yang sebagian besar dalam konteks militer, sering menggunakan alat bantu renang.

di Jepang renang merupakan salah satu keahlian terhormat Samurai, dan catatan sejarah menjelaskan kompetisi renang pada tahun 36 sebelum masehi, diadakan oleh kaisar Suigui (ejaannya tidak jelas), yang pertama kali dikenal sebagai perlombaan renang. Cerita rakyat Jerman menjelaskan tentang renang, yang dengan sukses digunakan dalam perang melawan bangsa Roma. Kompetisi renang juga dikenal sejak saat itu.

Abad Pertengahan hingga tahun 1800
 
Renang awalnya merupakan salah satu dari tujuh ketangkasan yang dimiliki oleh para kesatria dalam Abad Pertengahan, termasuk berenang dengan memakai baju zirah. Akan tetapi, sejak renang dilakukan dalam keadaan tanpa pakaian, ia menjadi kurang populer karena masyarakat menjadi semakin konservatif, dan ia telah ditentang oleh gereja pada akhir abad pertengahan. Sebagai contoh, pada abad ke 16, pengadilan Jerman mencatatkan dalam Vechta larangan tempat renang umum tanpa busana bagi anak-anak.

Leonardo da Vinci membuat sketsa awal tentang pelampung. Pada tahun 1538 Nicolas Wynman, Profesor bahasa berkebangsaan Jerman, menulis pertama kali buku renang "Colymbetes". Tujuannya bukan untuk olah raga, tapi lebih untuk mengurangi bahaya tenggelam. Meskipun demikian, buku tersebut berisi pendekatan yang sangat bagus dan metodis untuk belajar belajar gaya dada, termasuk alat bantu renang seperti kantung berisi tekanan udara, ikatan buluh, atau sabuk pelampung. Sekitar waktu yang hampir bersamaan, E. Digby dari Inggris juga menulis buku tentang renang, menyatakan bahwa manusia dapat berenang lebih baik dari ikan.

Pada tahun 1603 organisasi renang pertama dibentuk di Jepang. Kaisar Go-Yozei dari Jepang menyatakan bahwa murid sekolah harus dapat berenang. Pada tahun 1696, penulis Perancis Thevenot menulis "Seni Berenang", menjelaskan bahwa gaya dada sangat mirip dengan gaya dada modern. Buku ini telah diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dan menjadi referensi standar renang selama bertahun-tahun hingga masa yang akan datang.

Pada tahun 1708, kelompok penyelamat pertama yang dikenal "Asosiasi Chinkiang untuk Menyelamatkan Hidup" dibentuk di Cina. Pada tahun 1796 klub renang (yang masih ada) telah ditemukan di Upsala, Swedia. Benjamin Franklin diakui sebagai pencipta sirip karet renang pada usia sepuluh, tahun 1716. Pada tahun 1739 Guts Muts (juga dieja dengan Guts Muth) dari Schnepfenthal, Jerman, menulis "Gymnastik für die Jugend" (Olah raga untuk kaum muda), termasuk didalamnya bagi khusus tentang renang.

Pada tahun 1974 Kanonikus Oronzio de Bernardi of Italy menulis dua volume buku tentang renang, termasuk latihan mengambang sebagai prasyarat untuk belajar renang. Pada tahun 1798 Guts Muts menulis buku lain "Kleines Lehrbuch der Schwimmkunst zum Selbstunterricht" (Buku pelajaran kecil tentang seni renang untuk belajar sendiri), merekomendasikan penggunaan alat "pancing" untuk membantu dalam belajar berenang.
Bukunya menjelaskan tiga langkah pendekatan untuk belajar berenang yang masih dipergunakan hingga saat ini. Pertama, buatlah murid terbiasa dengan air, kedua, latih gerakan renang di luar air, ketiga, latih gerakan renang di dalam air. Dia yakin bahwa renang adalah bagian penting dari setiap pendidikan.

Kelompok penyelamat lainnya didirikan tahun 1767 (1768?) di Amsterdam oleh orang Belanda, 1772 di Kopenhagen, dan tahun 1774 oleh Inggris Raya. Pada tahun 1768 kelompok kemanusiaan dibentuk di Amerika Serikat.The Haloren, kelompok pembuat garam di Halle, Jerman, sangat mahir berenang melalui pemberian contoh yang baik pada yang lainnya dengan cara mengajar anak-anak mereka berenang pada usia yang masih sangat muda.

Era Olimpiade modern setelah tahun 1896
 
Pertandingan Olimpiade dilangsungkan pada tahun 1896 di Athena. Kompetisi khusus kaum pria (lihat juga renang pada olimpiade musim panas 1896). Enam pertandingan telah direncanakan, namun hanya empat yang betul-betul diselenggarakan: 100 m, 500 m, dan 1200 m gaya bebas dan 100 m untuk pelaut. Medali emas pertama dimenangkan oleh Alfred Hajos dari Hungaria dengan catatan waktu 1:22.20 untuk 100 m gaya bebas.

Hajos juga memenangkan pertandingan 1200 m, dan tidak mampu memenangkannya pada 500 m, dimana dimenangkan oleh Paul Neumann dari Australia. Kompetisi renang lainnya dari 100 m untuk para pelaut termasuk tiga pelaut Yunani di Teluk Zea dekat Piraeus, dimulai dengan perahu dayung. Pemenangnya adalah Ioannis Malokinis dengan catatan waktu dua menit dan 20 detik. Perlombaan 1500 m juga diadakan.

Pada tahun 1897 Kapten Henry Sheffield membuat kaleng penyelamat atau silinder penyelamat, yang sekarang dikenal sebagai alat bantu penyelamat di Baywatch. Bagian ujungnya membuatnya meluncur lebih cepat dipermukaan air, meskipun itu dapat menyebabkan cidera. Pertandingan Olimpiade kedua dilaksanakan di Paris tahun 1900 menampilkan 200 m, 1000 m, dan 4000 m gaya bebas, 200 m gaya punggung, dan 200 m perlombaan beregu (lihat juga Renang pada Olimpiade musim panas tahun 1900).

Ada dua tambahan pertandingan renang yang tidak biasa (meskipun cukup umum pada waktu itu), hambatan pelaksanaan renang di sungai Seine (berenang bersama arus), dan perlombaan renang didalam air. 4000 m gaya apa saja dimenangkan oleh John Arthur Jarvis dengan catatan waktu dibawah satu jam, perlombangan renang Olimpiade terpanjang yang pernah diadakan. Gaya punggung juga diperkenalkan pada pertandingan Olimpiade di Paris, demikian juga halnya dengan polo air. Klub Renang Osborne dari Manchester mengalahkan team klub dari Belgia, Perancis dan Jerman dengan sangat mudah.

Gaya Trudgen dikembangkan oleh guru renang dan perenang Australia keturunan Inggris bernama Richard (Fred, Frederick) Cabill. Seperti Trudgen, dia memperhatikan penduduk asli dari kepulauan Solomon, menggunakan gaya bebas. Namun berbeda dengan Trudgen, dia melihat tendangan mengibas, dan mempelajarinya dengan seksama. Dia menggunakan sentakan mengibas yang baru ini dari pada gaya dada atau tendangan menggunting dari Trudgen.

Dia menggunakan gerakan ini pada tahun 1902 di Kejuaraan Internasional di Inggris untuk menciptakan rekor dunia yang baru dengan berenang di luar gaya yang dilakukan oleh semua perenang Trudgen pada 100 yard dengan catatan waktu 0:58.4 (beberapa sumber mengatakan bahwa itu adalah anaknya dalam catatan waktu 0:58.8). dia mengajarkan gaya ini kepada keenam anaknya, masing-masing nantinya menjadi perenang kejuaraan.

Teknik menjadi dikenal sebagai gaya bebas Australia hingga tahun 1950, ketika ia diperpendek menjadi gaya bebas saja, secara teknik dikenal sebagai front crawl. Olimpiade tahun 1904 di St. Louis meliputi perlombaan 50 yard, 100 yard, 220 yard, 440 yard, 880 yard dan satu mil gaya bebas, 100 yard gaya punggung dan 440 yard gaya dada, dan 4*50 yard gaya bebas beranting (lihat juga renang olimpiade musim panas tahun 1904).
Perlombaan ini membedakan antara gaya dada dengan gaya bebas, sehingga sekarang ada dua gaya yang ditetapkan (gaya dada dan gaya punggung) dan gaya bebas, dimana sebagian besar orang berenang dengan gaya Trudgen. Perlombaan ini juga menggambarkan kompetisi untuk lompat jauh, dimana jarak tanpa berenang, setelah melompat kedalam kolam renang diukur.

Pada tahun 1907 perenang Annette Kellerman dari Australia mengunjungi Amerika Serikat sebagai "penari balet dalam air", versi lain dari penyelarasan renang, menyelam kedalam tangki gelas. Dia ditangkap karena mempertontonkan hal yang tidak sopan, dimana baju renangnya menampakkan lengan, kaki dan leher.
Kellerman merubah baju renangnya menjadi berlengan panjang, celana yang lebih panjang, serta kerah, namun tetap mempertahankan pakaian ketatnya yang menampakkan bentuk tubuh di bawahnya. Dia kemudian membintangi beberapa film, salah satunya tentang kehidupan pribadinya. Pada tahun 1908, asosiasi renang dunia Federasi Renang Amatir Internasional (FINA/Federation Internationale de Natation de Amateur) dibentuk.

Sejarah renang Indonesia

Sejak sebelum kemerdekaan, di negara kita telah ada beberapa kolom renang yang indah dan baik. Akan tetapi pada waktu itu, kesempatan bagi orang-orang Indonesia untuk belajar berenang tidak mungkin. Hal ini disebabkan setiap kolam renang yang dibangun hanyalah diperuntukkan bagi para bangsawan dan penjajah saja.

Memang waktu itu ada juga kolam renang yang dibuka bagi masyarakat banyak, akan tetapi harga tiket masuk sedemikian tingginya, sehinggara para pengunjung tertentu tidak bisa membayar tiket masuk untuk berenang.

Salah satu dari sekian banyak kolam renang yang dibangun setelah tahun 1900 adalah kolam renang Cihampelas di Bandung yang didirikan pada tahun 1904. Sesuai dengan tempat kelahiran kolam renang Cihampelas, maka awal dari kegiatan olahraga renang di Indonesia dapat dikatakan mulai dari Bandung.

Pertama-tama berdiri perserikatan berenang diberi nama Bandungse Zwembond atau Perserikatan Berenang Bandung, didirikan pada tahun 1917, perserikatan ini membawahi 7 perkumpulan yang diantaranya adalah perkumpulan renang di lingkungan sekolah seperti halnya OSVIA, MULO dan KWEEKSCHOOL.

Selain Bandung, Jakarta dan Surabaya juga mendirikan perkumpulan-perkumpulan berenang dalam tahun yang sama. Kemudian barulah di tahun 1918 berdiri West Java Zwembond atau Perserikatan Berenang Jawa barat dan pada tahun 1927 berdiri pula Oost Java Zwembond atau Perserikatan Berenang Jawa Timur yang beranggotakan kota-kota seperti : Malang, Surabaya, Pasuruan, Blitar dan Lumajang. Sejak saat itu pula mulai diadakan pertandingan maupun antar daerah. Bahkan kejuaraan-kejuaraan itu, rekor-rekornya juga menjadi rekor di negeri Belanda.

Dalam tahun 1934, peloncat indah masing-masing Haasman dan Van de Groen, berhasil keluar sebagai juara pertama dan kedua dalam nomor-nomor papan 3 meter dan menara. Pada Far Eastern Games di Manila, Philipina (kini kegiatan itu berkembang menjadi Asian Games sejak tahun 1951). Kedua peloncat itu juga menjadi utusan Hindi Belanda.

Di tahun 1936, Pet Stam seorang Hindia Belanda berdasarkan rekornya 0:59.9 untuk 100 meter gaya bebas yang dicatat di kolam renang Chiampelas Bandung, berhasil dikirim untuk ambil bagian dalam Olimpiade Berlin atas nama negeri Belanda. Dua orang peloncat indah masing-masing Haasman di bagian putera dan Kiki Heckle turut pula ambil bagian dalam Olimpiade Berlin, dimana peloncat putri menduduki urutan ke 8.

Hingga tahun 1940, Nederlands Indishce Zwembond atau NIZB telah beranggotakan 12.00 perenang. Pada zaman pendudukan Jepang tahun 1943 - 1945, kesempatan untuk bisa berenang bagi bangsa Indonesia semakin besar. Oleh karena pemerintahan pendudukan Jepang, membuka seluruh kolam renang di tanah air untuk masyarakat umum. Periode tahun 1945, perkembangan olahraga renang di tanah air praktis menurun, karena saat itu bangsa Indonesia dalam kancah perjuangan melawan penjajah.

Hingga tanggal 20 Maret 1951, dunia renang Indonesia praktis berada di bawah pimpinan Zwembond Voor Indonesia (ZBVI) dan kemudian sejak tanggal 21 Maret 1951 lahirlah Persatuan Berenang Seluruh Indonesia yang kemudian disingkat PBSI. Kongresnya yang pertama di Jakarta, berhasil mengukuhkan Ketua yang pertama, Prof. dr. Poerwo Soedarmo, dibantu oleh wakil ketua, sekretaris, bendahara dan komisi teknik.

Sejak saat itu, olahraga renang Indonesia setahap demi setahap maju dan berkembang serta selanjutnya dalam tahun 1952, PBSI menjadi anggota resmi dari Federasi Renang Dunia - FINA (singkatan dari Federation Internationale de Nation). dan International Olympic Committee (IOC).

Hingga tahun 1952 telah terdaftar sebanyak 29 perkumpulan, tergabung dalam PBSI. Oleh karena itu kemudian didirikan top-top organisasi olahraga berenang di tingkat daerah. Perkembangan olahraga berenang di Indonesia kian hari kian berkembang, hal ini ditandai dengan penyelenggaraan perlombaan renang hampir setiap tahun di tingkat nasional. Begitu pula halnya dalam setiap pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON), cabang olahraga renang menjadi nomor-nomor utama.

Dengan makin berkembangnya prestasi olahraga renang di Indonesia pada tahun 1952, Indonesia mengirimkan duta-duta renangnya ke arena Olympiade di Helsinki, kemudian tahun 1953 kembali Indonesia ambil bagian dalam Youth Festival di Bukarest. Pada tahun 1954 regu polo air Indonesia dikirim untuk mengikuti Asian Games ke II di Manila, Philipina.

Pada tahun 1954, berlangsung kongres PBSI ke II, diselenggarakan di Bandung dengna menghasilkan susunan pengurus yang diketuai oleh D. Seoprajogi, ditambah satu sekretaris, bendahara dan 3 komisi teknik. Kongres PBSI yang ke III diselenggarakan di Cirebon, dimana dalam kongres ini memilih kembali kepengurusan baru yang ketuanya masih tetap di jabat D. Soeprajogi, ditambah 3 pengurus lainnya.

Untuk ke IV kalinya PBSI menyelenggarakan kongres pada tahun 1957 di Makasar (sekarang Ujung Pandang) Kongres ini menghasilkan beberapa keputusan, diantaranya memilih susunan kepengurusan yang baru dengan ketua D. Soeprajogi. Kemudian atas permintaan peserta kongres istilah persatuan dalam singkatan PBSI, diganti menjadi Perserikatan. Dengan demikian PBSI dalam hal ini menjadi singkatan dari Perserikatan Berenang Seluruh Indonesia.

Di tahun 1959 diadakan Kejuaraan Nasional Renang. Kejuaraan ini untuk pertama kalinya mengadakan pemisahan antara Senior dan Junior di Malang, Jawa Timur. Berlangsung pula kongres PBSI ke V, dimana pada kongres itu disamping memilih kepengurusan baru yang ketuanya masih tetap dipercayakan kepada D. Soeprajogi, juga kongres ini merubah nama Perserikatan Berenang Seluruh Indonesia (PBSI) menjadi Perserikatan Renang Seluruh Indonesia (PRSI).

Perubahan ini timbul dengan pertimbangan bahwa terdapatnya dua induk organisasi olahraga yang mempunyai singkatan sama PBSI. Selain cabang olahraga renang, singkatan ini juga digunakan oleh Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia. Pada Kongres di Malang Jawa Timur Ketua PRSI, D. Soeprajogi di dampingi oleh 2 wakil ketua, dua sekretaris, bendahara, pembantu umum ditambah komisi teknik dengan 2 orang anggota.

Kemajuan olahraga renang secara keseluruhan berkembang kian pesat dan dalam tahun 1962, berhasil menampilkan nama-nama besar seperti Achmad Dimyati, Mohamad Sukri di bagian putera, sementara Iris, Tobing, Lie Lan Hoa, Eny Nuraeni serta banyak lagi di bagian puteri. Dalam tahun 1963 di Jakarta, kembali PRSI menyelenggarakan kongres dan berhasil menyusun kepengurusan baru dengan ketua umum D. Soeprajogi.

Selanjutnya di dampingi 3 orang ketua, 2 orang renang, loncat indah dan polo air. Keputusan lain yang diperoleh dalam kongres PRSI ke VI itu adalah merubah kembali istilah "Persatuan". Hingga sekarang PRSI merupakan singkatan dari Persatuan Renang Seluruh Indonesia. Meskipun dalam falsafahnya bahwa olahraga itu tidak bisa dikaitkan dengan politik. Namun dalam kenyatannya perkembangan politik di dalam negeri pada waktu itu membawa pengaruh besar terhadap perkembangan olahraga.

Pada tahun 1963 Indonesia harus mengundurkan diri dari pesta olahraga GANEFO, dimana pesertanya ada beberapa negara yang memang belum menjadi anggota FINA. Untuk menghindarkan kemungkinan adanya skorsing, Indonesia dalam hal ini PRSI mengambil langkah pengunduran diri sebagai anggota FINA. Pada tahun 1966, Indonesia kembali menjadi anggota FINA. Pada tahun itu Indonesia mengambil bagian dalam Asian Games ke V di Bangkok.

Musyawarah PRSI ke VII berlangsung kembali di Jakarta pada tanggal 24 - 27 April 1968. Salah satu keputusannya mengukuhkan kepengurusan baru PRSI dengan ketua umum tetap dipercayakan kepada D. Soeprayogi, di tambah dengan 2 orang ketua, 2 sekretaris, bendahara dan panitia teknik yang terdiri atas 3 orang masing-masing untuk renang, loncat indah dan polo air.

SEJARAH OLAHRAGA SEPAK BOLA

Asal muasal sejarah munculnya olahraga sepak bola masih mengundang perdebatan. Beberapa dokumen menjelaskan bahwa sepak bola lahir sejak masa Romawi, sebagian lagi menjelaskan sepak bola berasal dari tiongkok. FIFA sebagai badan sepak bola dunia secara resmi menyatakan bahwa sepak bola lahir dari daratan Cina yaitu berawal dari permainan masyarakat Cina abad ke-2 sampai dengan ke-3 SM. Olah raga ini saat itu dikenal dengan sebutan “tsu chu “.
Dalam salah satu dokumen militer menyebutkan, pada tahun 206 SM, pada masa pemerintahan Dinasti Tsin dan Han, masyarakat Cina telah memainkan bola yang disebut tsu chu. Tsu sendiri artinya “menerjang bola dengan kaki”. sedangkan chu, berarti “bola dari kulit dan ada isinya”. Permainan bola saat itu menggunakan bola yang terbuat dari kulit binatang, dengan aturan menendang dan menggiring dan memasukkanya ke sebuah jaring yang dibentangkan diantara dua tiang.
Versi sejarah kuno tentang sepak bola yang lain datangnya dari negeri Jepang, sejak abad ke-8, masyarakat disana telah mengenal permainan bola. Masyarakat disana menyebutnya dengan: Kemari. Sedangkan bola yang dipergunakan adalah kulit kijang namun ditengahnya sudah lubang dan berisi udara.
Menurut Bill Muray, salah seorang sejarahwan sepak bola, dalam bukunya The World Game: A History of Soccer, permainan sepak bola sudah dikenal sejak awal Masehi. Pada saat itu, masyarakat Mesir Kuno sudah mengenal teknik membawa dan menendang bola yang terbuat dari buntalan kain linen.
Sisi sejarah yang lain adalah di Yunani Purba juga mengenal sebuah permainan yang disebut episcuro, tidak lain adalah permainan menggunakan bola. Bukti sejarah ini tergambar pada relief-relief museum yang melukiskan anak muda memegang bola dan memainkannya dengan pahanya.
Sejarah sepak bola modern dan telah mendapat pengakuan dari berbagai pihak, asal muasalnya dari Inggris, yang dimainkan pada pertengahan abad ke-19 pada sekolah-sekolah. Tahun 1857 beridiri klub sepak bola pertama di dunia, yaitu: Sheffield Football Club. Klub ini adalah asosiasi sekolah yang menekuni permainan sepak bola.
Pada tahun 1863, berdiri asosiasi sepak bola Inggris, yang bernama Football Association (FA). Badan ini yang mengeluarkan peraturan permainan sepak bola, sehingga sepak bola menjadi lebih teratur, terorganisir, dan enak untuk dinikmati penonton.
Selanjutnya tahun 1886 terbentuk lagi badan yang mengeluarkan peraturan sepak bola modern se dunia, yaitu: International Football Association Board (IFAB). IFAB dibentuk oleh FA Inggris dengan Scottish Football Association, Football Association of Wales, dan Irish Football Association di Manchester, Inggris.
Sejarah sepak bola semakin teruji hingga saat ini IFAB merupakan badan yang mengeluarkan berbagai peraturan pada permainan sepak bola, baik tentang teknik permainan, syarat dan tugas wasit, bahkan sampai transfer perpindahan pemain.


Sabtu, 12 Oktober 2013

Sekripsi Bola Voliy


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendidikan jasmani dan olahraga merupakan sebuah investasi jangka panjang dalam upaya pembinaan mutu sumber daya manusia Indonesia, meskipun hasil yang diharapkan itu akan dicapai setelah masa yang cukup lama. Oleh karena itu upaya pembinaan warga masyarakat dan peserta didik melalui pendidikan jasmani dan olahraga membutuhkan kesabaran dan keikhlasan untuk berkorban. Sebagai upaya pembinaan mutu sumber daya manusia, pendidikan jasmani dan olahraga di lembaga pendidikan formal dapat berkembang lebih pesat agar mampu menjadi landasan bagi pembinaan keolahragaan nasional. Proses pembentukan sikap dan pembangkitan motivasi harus dimulai pada usia dini. Oleh sebab itu pendidikan jasmani dan olahraga yang di sekolah-sekolah formal disebut pendidikan jasmani dan kesehatan (penjaskes) sudah diberikan sejak seorang siswa berada di bangku sekolah Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi.
Olahraga merupakan salah satu bentuk dari upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia yang diarahkan pada pembentukan watak dan kepribadian, disiplin dan sportifitas yang tinggi, serta peningkatan prestasi yang dapat membangkitkan rasa kebanggaan nasional (GBHN Tap MPR No. II/MPR/1993). Di samping itu, kebiasaan seseorang untuk melakukan kegiatan olahraga dapat memberikan dampak pada kesegaran jasmani dan rohaninya sehingga menjadi lebih bugar dan sehat.
Seseorang yang mempunyai kesegaran jasmani yang tinggi akan dapat melakukan pekerjaannya dengan baik dan tanpa melakukan kelelahan yang beearti, serta tubuhnya segar ketika berhenti bekerja atau beristirahat. Tentunya dengan mental yang semakin segar pula. Sebaliknya, tingkat kesegaran jasmani yang rendah akan merupakan kendala dalam pelaksanaan pekerjaan, oleh karena tuntutan pekerjaan yang meminta aktifitas jasmani tidak dapat terpenuhi, dan ini sudah barang tentu akan berpengaruh dengan tingkat produktifitas kerjanya.
Istilah kesegaran jasmani berasal dari hasil seminar nasional kesegaran jasmani tanggal 16 Maret sampai dengan 20 Maret 1971 di Jakarta, dengan pertimbangan bahwa istilah tersebut telah umum dipergunakan di Indonesia sebelum diselenggarakan seminar nasional. Banyak istilah yang diajukan untuk mengistilahkan kesegaran jasmani misalnya Samapta jasmani oleh POLRI, Kebugaran Jasmani menurut Soedijatmo Somowerdojo, Kemampuan Jasmani oleh Radioputro yang kesemuanya adalah terjemahan dari istilah physical fitness. Menurut Lawren dan Ronald istilah physical fitness dapat disamakan dengan istilah organic fitness atau physiological fitness (Rusli Lutan dan Adang Suherman, 1999)
Menurut hasil seminar nasional dinyatakan bahwa seseorang yang memiliki kesegaran jasmani dapat diartikan sebagai orang yang mempunyai kesanggupan dan kemampuan untuk melakukan pekerjaannya dengan efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti.
Kesegaran jasmani ada yang berhubungan erat dengan kesehatan, ada pula yang berhubungan erat dengan keterampilan. Kesegaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan meliputi: 1) kesegaran cardiovasculer atau cardiovasculer fitness, 2) kesegaran kekuatan otot atau strenght fitness, 3) kesegaran keseimbangan tubuh atau body composition atau body weight fitness, 4) kesegaran kelentukan atau fleksibility fitness (M. Sajoto, 1988:43).
Sedangkan kesegaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan atau skill meliputi: 1) koordinasi atau coordination, 2) daya tahan atau endurance, 3) kecepatan atau speed, 4) kelincahan atau agility, 5) daya ledak atau power (M. Sajoto, 1988:43-44).
Sesuai dengan uraian tersebut jelaslah bahwa kesegaran jasmani sangat penting bagi seseorang guna menjalankan aktifitas dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang memiliki kesegaran jasmani yang baik tidak akan mudah mengalami rasa capek dan dapat lebih berkosentrasi dalam menyelesaikan suatu pekerjaan serta memiliki daya tahan yang lebih baik terhadap penyakit. Di samping itu, kebutuhan akan istirahat untuk mengembalikan kondisi semula, lebih singkat dibandingkan dengan orang yang kondisi kesegaran jasmaninya kurang baik. Tentunya hal ini sangat menunjang dalam proses penyelesaian pekerjaan sehari-hari.
Bertolak dari latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti status kesegaran jasmani siswa Kelas VIII SMP Kertanegara Malang Tahun Pelajaran 2011/2012. Faktor yang mendukung penelitian ini adalah karena menurut informasi yang peneliti dapatkan dari guru Penjaskes kelas VIII SMP Kertanegara Malang, status kesegaran jasmani siswa kelas VIII belum pernah diteliti oleh peneliti terdahulu. Harapannya adalah dengan diadakannya penelitian ilmiah, maka guru dapat menyusun program pengembangan kesegaran jasmani siswa menjadi lebih baik lagi. Oleh karena itu,peneliti terdorong untuk meneliti mengenai “Profil Kesegaran Jasmani Siswa-siswi Kelas VIII SMP Kertanegara Malang Tahun Pelajaran 2011/2012”.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, sebagai berikut:
1.      Bagaimana profil kesegaran jasmani siswa - Siswi kelas VIII SMP Kertanegara Malang Tahun Pelajaran 2011/2012?

C.    Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah, sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui profil kesegaran jasmani siswa – Siswi kelas VIII SMP Kertanegara Malang Tahun Pelajaran 2011/2012 .

D.    Manfaat Penelitian
1.      Bagi guru
a.       Sebagai bahan informasi tentang profil kesegaran jasmani siswa-siswi kelas VIII SMP Kertanegara Malang Tahun Pelajaran 2011/2012.
b.      Sebagai bahan pertimbangan dalam rangka meningkatkan kesegaran jasmani siswa, misalnya melalui periodisasi pelaksanaan program latihan fisik.

2.      Bagi lembaga
a.       Sebagai bahan kepustakaan bagi peneliti lain yang meneliti tentang masalah serupa.
b.      Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa, khususnya jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, untuk memperkaya pengetahuan di bidang olahraga.
3.      Bagi peneliti
a.       Sebagai pengalaman bagi peneliti dalam ilmu olahraga.
b.      Sebagai dasar penelitian yang serupa di kemudian hari.
c.       Sebagai bahan akhir bagi peneliti dalam menyelesaikan tugas akhir guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi.

E.     Asumsi Penelitian
Agar penelitian bisa terarah, maka penulis memberikan asumsi, sebagai berikut:
1.      Setiap siswa telah mengenal dan mampu melakukan tes Kesegaran Jasmani Indonesia, karena telah mendapatkan pelajaran berupa teori dan praktek dari guru Penjaskes di sekolah.
2.      Tingkat kesegaran jasmani siswa hampir sama.
3.      Rata-rata usia siswa tidak jauh berbeda.
4.      Sarana dan prasarana penelitian tersedia dan memadai atau layak untuk digunakan.

F.     Definisi Istilah
1.      Profil
Profil adalah: 1) sebuah pandangan dari samping (tentang wajah seseorang), 2) lukisan gambar dari samping tentang sketsa biografis, 3) grafik atau ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002:897).
Profil yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan tentang tingkat kesegaran jasmani siswa-siswi kelas VIII SMP Kertanegara Malang Tahun Pelajaran 2011/2012 berdasarkan hasil tes Kesegaran Jasmani Indonesia.
2.      Kesegaran jasmani
Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas atau pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan suatu efek kelelahan yang berarti (Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani Tahun, 2003). Sementara itu, Judith Rink (M. Sajoto, 1988:43) mendefinisikan pengertian kesegaran jasmani sebagai “suatu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam rangka menyelesaikan tugas sehari-hari dengan tanpa mengalami kelelahan berarti dengan mengeluarkan energi yang cukup besar, guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan geraknya dan menikmati waktu luang serta untuk memenuhi keperluan darurat bila sewaktu-waktu diperlukan”.
Dalam penelitian ini, pengukuran kesegaran jasmani didasarkan pada pengukuran kesegaran kekuatan otot (strength fitness) dengan menggunakan bentuk tes Kesegaran Jasmani Indonesia.
3.      Siswa-siswi kelas VIII SMP Kertanegara Malang Tahun Pelajaran 2011/2012
Siswa adalah sekumpulan pelajar pada suatu sekolah tingkat dasar dan menengah (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002:1102). Umumnya, kata ‘siswa’ adalah sebutan untuk siswa laki-laki, sedangkan siswi adalah sebutan untuk siswa perempuan.
Siswa-siswi kelas VIII SMP Kertanegara Malang Tahun Pelajaran 2011/2012 adalah murid sekolah tingkat menengah pertama yang terdaftar di SMP Kertanegara Malang pada Tahun Ajaran 2011/2012, dengan rata-rata usia antara 12 tahun s/d 15 tahun.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Pengertian Kesegaran Jasmani
Kesegaran jasmani merupakan terjemahan dari kata physical fitness, yaitu adalah orang yang fit dan segar adalah orang sehat yang mempunyai tenaga cadangan yang cukup, tidak hanya untuk menghadapi keadaan-keadaan yang darurat tetapi untuk mengisi waktu luang.
Memberikan pengertian-pengertian tentang kesegaran jasmani sangat sulit dikarenakan kesegaran jasmani merupakan permasalahan yang sangat komplek. Pendapat tentang kesegaran jasmani telah banyak dikemukakan para ahli. Menurut Sudarno (1992:9), kesegaran jasmani adalah suatu keadaan saat tubuh mampu menunaikan tugas hariannya dengan baik dan efisien tanpa mengalami kelelahan yang berarti, dan tubuh masih memiliki cadangan tenaga baik untuk mengatasi cadangan mendadak maupun yang darurat.
Kesegaran jasmani adalah seseorang yang cukup mempunyai kesanggupan dan kemampuan untuk melakukan pekerjaan dengan efesien tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti (Kamiso, 1991:58). Menurut M. Sajoto (1988:43) kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang menyelesaikan tugas sehari-hari dengan tanpa mengalami berarti, dengan pengeluaran energi yang cukup besar guna memenuhi kebutuhan geraknya dan menikmati waktu luang serta memenuhi keperluan darurat bila sewaktu-waktu diperlukan.
Menurut Depdikbud PJKR (1997:4), kesegaran jasmani pada hakekatnya berkenaan dengan kemampuan dan kesanggupan fisik seseorang untuk melaksanakan tugasnya sehari-hari secara efisien dan efektif dalam waktu yang relatif lama tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti, dan masih memiliki tenaga cadangan untuk melaksanakan aktifitas lainnya.
B.     Unsur-unsur Kesegaran Jasmani
Kesegaran jasmani mencakup pengertian yang sangat luas dan komplek. Untuk itu agar dapat memahami konsep kesegaran jasmani yang baik, diperlukan pengetahuan tentang unsur-unsur kesegaran jasmani. Unsur-unsur kesegaran jasmani merupakan satu kesatuan dan memiliki keterkaitan yang erat antara satu dengan yang lain, dan masing-masing unsur memiliki ciri-ciri tersendiri serta memiliki fungsi pokok atau berpengaruh pada kesegaran jasmani seseorang. Agar seseorang dapat dikatakan tingkat kondisi fisiknya baik atau tingkat kesegaran jasmaninya baik, maka status setiap unsur kesegaran jasmani harus dalam kategori baik.
Dalam proses pengukuran kesegaran jasmani, maka yang perlu diukur adalah hal-hal yang menyangkut: 1) kesegaran kardiovaskuler, 2) kesegaran kekuatan otot, 3) kesegaran keseimbangan tubuh, dan 4) kesegaran kelentukan. Dan jika ingin mengetahui unsur lain, maka yang perlu diukur adalah unsur motor fitness, meliputi: 1) koordinasi, 2) keseimbangan, 3) kecepatan, 4) kelincahan, dan 5) daya ledak (M. Sajoto, 1988:43-44).
Secara umum unsur atau unsur-unsur dari kesegaran jasmani itu adalah: 1) daya tahan kardiovaskuler (cardiovascular endurance), 2) daya tahan otot (muscle endurance), 3) kekuatan otot (muscle strength), 4) kelentukan (flexibility), 5) komposisi tubuh (body composition), 6) kecepatan gerak (speed of movement), 7) kelincahan (agility), 8) keseimbangan (balance), 9) kecepatan reaksi (reaction time), 10) koordinasi (coordination) (Depdikbud,1996:1).
1.      Daya tahan kardiovaskuler
Daya tahan kardiovaskuler adalah kesanggupan sistem jantung, paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada keadaan istirahat dan kerja dalam mengambil oksigen dan menyalurkan ke jaringan yang aktif sehingga dapat dipergunakan pada proses metabolisme tubuh (Depdikbud, 1997:5).
Daya tahan kardiovaskuler adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan sistem jantung, pernapasan dan peredaran darahnya Dengan demikian untuk membina kesegaran jasmani, kita harus memberi beban kepada sistem kardiorespiratori. Latihan yang kita lakukan harus memberi beban kepada sistem jantung, peredaran darah dan paru. Latihan semacam ini disebut latihan aerobic yaitu latihan yang menggunakan udara dan dilakukan dalam waktu yang cukup lama. Tujuan utama latihan aerobic adalah menggunakan oksigen sebanyak mungkin atau memperbanyak jumlah oksigen yang dapat diproses oleh tubuh (Sudarno SP, 1992:64-65).
2.      Daya tahan otot
Daya tahan otot adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan suatu kelompok ototnya untuk berkontraksi terus menerus dalam waktu relatif cukup lama dengan beban tertentu (M. Sajoto, 1988:58).
Dengan demikian daya tahan otot berarti kemampuan atau kapasitas sekelompok otot untuk melakukan kontraksi yang beruntun atau berulang-ulang terhadap suatu beban dalam jangka waktu tertentu. Jadi daya tahan otot merupakan kemampuan untuk mengatasi kelelahan otot dan berkurang secara bertahap sesuai dengan bertambahnya umur. Namun penurunan daya tahan otot tidak terjadi secepat menurunnya kekuatan otot.
3.      Kekuatan otot
Kekuatan otot adalah tenaga/gaya atau tegangan yang dapat dihasilkan otot atau sekelompok otot pada suatu kontraksi maksimal (Depdikbud, 1997:5).
Kekuatan otot merupakan hal penting untuk setiap orang karena dapat mendukung dalam menyelesaikan tugas-tugas. Penurunan kekuatan otot tidak hanya menganggu keseimbangan tubuh dan aktivitas berjalan, tetapi juga berhubungan dengan peningkatan resiko terjatuh.
4.      Kelentukan
Kelentukan adalah keefektifan seseorang dalam penyesuaian dirinya, untuk melakukan segala aktivitas tubuh dengan penguluran seluas-luasnya, terutama otot-otot, ligamen-ligamen disekitar persendian (M. Sajoto, 1988:58).
Jadi kelentukan merupakan keleluasaan gerak tubuh pada persendian yang sangat dipengaruhi oleh elastisitas otot, tendon dan ligamen sekitar sendi dan sendi itu sendiri. Hubungan antara bentuk persendian umumnya tiap persendian mempunyai kemungkinan gerak tertentu sebagai akibat struktur anatominya. Gerak yang paling penting dalam kehidupan sehari-hari adalah fleksi batang tubuh. Tetapi kelentukan yang baik pada tempat tersebut belum tentu ditempat lainpun demikian (Moeloek, 1994:9).
Dengan demikian kelentukan berarti bahwa tubuh dapat melakukan gerakan secara bebas. Tubuh yang baik harus memiliki kelentukan yang baik pula. Hal ini dapat dicapai dengan latihan jasmani terutama untuk penguluran dan kelentukan.
Faktor yang mempengaruhi kelentukan adalah usia dan aktivitas fisik. Pada usia lanjut kelentukan tubuh atau elastisitas otot berkurang akibat kurang latihan (aktivitas fisik), sehingga alternatif yang terbaik untuk menghambat berkurangnya elastisitas otot secara drastis adalah dengan latihan/ aktivitas fisik yang teratur.
5.      Komposisi tubuh
Komposisi tubuh digambarkan dengan berat badan tanpa lemak dan berat lemak. Berat badan tanpa lemak terdiri atas massa otot (40-50%), tulang (16-18%) dan organ-organ tubuh (29-39%). Berat lemak dinyatakan dalam persentasenya terhadap berat badan total. Secara umum dapat dikatakan makin kecil persentase lemak, makin baik kinerja seseorang (Depdikbud, 1997:6).
Jadi, komposisi tubuh adalah susunan tubuh yang digambarkan sebagi dua unsur yaitu lemak tubuh dan masa tubuh tanpa lemak.
6.      Kecepatan gerak
Kecepatan gerak adalah kemampuan untuk melaksanakan gerak-gerak yang sama atau tidak sama secepat mungkin (Depdikbud, 1997:5).
7.      Kelincahan
Kelincahan adalah kemampuan seseorang dalam merubah arah, dalam posisi-posisi diarena tertentu (M. Sajoto, 1988:59). Kelincahan adalah kemampuan mengubah secara cepat arah tubuh/bagian tubuh tanpa gangguan pada keseimbangan (Depdikbud, 1997:6).
Jadi, kelincahan merupakan kemampuan dari seseorang untuk merubah posisi dan arah secepat mungkin sesuai dengan situasi yang dihadapi dan dikehendaki. Kelincahan tidak hanya diperlukan dalam situasi kerja dan kegiatan rekreasi. Seseorang yang mampu merubah suatu posisi yang berbeda dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi yang baik, berarti kelincahannya baik, kesegaran jasmani yang baik tentunya juga didukung oleh kelincahannya yang baik pula. Kelincahan seseorang dipengaruhi oleh usia, tipe tubuh, jenis kelamin, berat badan dan kelelahan (Moeloek, 1994:9).
8.      Keseimbangan
Keseimbangan adalah kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ syaraf ototnya, selama melakukan gerak-gerak yang cepat dengan perubahan letak titik-titik berat badan yang cepat pula, baik dalam keadaan statis maupun lebih-lebih dalam gerak dinamis (M. Sajoto, 1988:58).
Keseimbangan bergantung pada kemampuan integrasi antara kerja indera penglihatan, kanalis semisirkularis pada telinga dan reseptor pada otot. Diperlukan tidak hanya pada olahraga tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari (Moeloek, 1994:10).
Keseimbangan ini penting dalam kehidupan maupun berolahraga, dimana tanpa keseimbangan orang tidak dapat melakukan aktivitas dengan baik. Dengan bertambahnya umur keseimbangan akan menurun sebagai akibat dari penurunan sruktur dan fungsi organ keseimbangan.
9.      Kecepatan reaksi
Kecepatan reaksi adalah besaran waktu yang dibutuhkan untuk memberi jawaban gerak setelah menerima suatu rangsangan (Depdikbud, 1997:6).
Kecepatan reaksi adalah waktu tersingkat yang dibutuhkan untuk memberi jawaban kinetis setelah menerima rangsang. Hal ini erat kaitannya dengan waktu refleks, waktu gerakan dan waktu respon. Faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi antara lain: usia, jenis kelamin, kesiapan, intensitas stimulus, latihan, diet, dan kelelahan (Moeloek, 1994:10-11).
10.  Koordinasi
Koordinasi adalah kemampuan seseorang dalam mengintegrasikan gerakan yang berbeda ke dalam suatu pola gerakan tunggal secara efektif (M. Sajoto, 1988:59).

C.    Fungsi dan Manfaat Kesegaran Jasmani
1.      Fungsi kesegaran jasmani
Fungsi dari kesegaran jasmani adalah untuk mengembangkan kemampuan, kesanggupan daya kreasi dan daya tahan dari setiap manusia yang berguna untuk mempertinggi daya kerja (Kamiso, 1991:63).
Jadi, daya kerja seseorang dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan kesegaran jasmani. Kesegaran jasmani dapat ditingkatkan dengan meningkatkan keseimbangan antara latihan-latihan yang dilakukan dengan reaksi-reaksi atas organ-organ tubuh (antara ergosistem primer dan sekunder).
2.      Manfaat kesegaran jasmani
Latihan-latihan kesegaran jasmani yang dilakukan secara tepat dan benar akan memberikan manfaat bagi tubuh, yaitu:
a.       Memperkuat sendi-sendi dan ligamen.
b.      Meningkatkan kemampuan jantung dan paru-paru (ketahanan kardiorespirasi).
c.       Memperkuat otot tubuh.
d.      Menurunkan tekanan darah.
e.       Mengurangi lemak tubuh.
f.       Memperbaiki bentuk tubuh.
g.      Mengurangi kadar gula.
h.      Mengurangi resiko terkena penyakit jantung koroner.
i.        Memeperlancar pertukaran gas (Depdikbud, 1997:2).

Selain mempunyai manfaat biologis seperti tersebut di atas, latihan kesegaran jasmani juga mempunyai manfaat lainnya, yaitu:
a.       Secara Psikologis adalah mengendurkan ketegangan mental, suasana hati tenang, nyaman dan rasa terhibur.
b.       Secara Sosial adalah Persahabatan dengan orang lain meningkat dalam kualitas dan kuantitas serta menghargai lingkungan hidup dan alam sekitar.
c.       Secara Kultural adalah kebiasaan hidup sehat, teratur dan terencana, melestarikan nilai-nilai budaya yang berkaitan dengan jenis latihan kesegaran jasmani (Depdikbud, 1997:3).
3.      Sasaran dan tujuan kesegaran jasmani
Sasaran dan tujuan kesegaran jasmani akan selalu tergantung dengan obyek yang dituju. Sedangkan obyek yang dituju adalah:
a.       Golongan yang dihubungkan dengan pekerjaan.
1)      Kesegaran jasmani bagi olahragawan untuk meningkatkan prestasi para atlet.
2)      Kesegaran jasmani bagi karyawan untuk meningkatkan hasil efisiensi dan produktifitas.
3)      Kesegaran jasmani bagi para pelajar dan mahasiswa untuk mempertinggi kemampuan aktivitas gerak dan kemampuan belajar.
b.      Golongan yang dihubungkan dengan keadaan.
1)      Kesegaran jasmani bagi penderita cacat dan rehabilitasi.
2)      Kesegaran jasmani bagi ibu hamil untuk perkembangan bayi dalam kendungan dan untuk memperisapkan diri menghadapi kelahiran.
c.       Golongan yang dihubungkan dengan usia.
1)      Kesegaran jasmani bagi anak-anak menjamin perkembangan pertumbuhan.
2)      Kesegaran jasmani bagi orang tua untuk mempertahankan kondisi fisik terhadap serangan suatu penyakit (Kosasih, 1993:10).

D.    Tes Kesegaran Jasmani Indonesia
Tes kesegaran jasmani adalah suatu tes yang akan mengukur kemampuan fisik seseorang dalam melakukan suatu aktifitas yang telah ditentukan (Nurhasan, 2001:154). Kesegaran jasmani bersifat spesifik artinya kebutuhan derajat kesegaran jasmani pelari marathon berbeda dengan kebutuhan kesegaran jasmani pelari jarak pendek. Kebutuhan kesegaran jasmani antara atlet angkat berat/ besi berbeda dengan kebutuhan kesegaran jasmani atlet bulutangkis.
Pengukuran kesegaran jasmani tertuju pada pengukuran aspek-aspeknya. Terdapat dua aspek kesegaran jasmani, yaitu: 1) kesegaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan, meliputi (a) daya tahan jantung dan paru-paru, (b) kekuatan otot, (c) daya tahan otot, (d) fleksibilitas, dan (e) komposisi tubuh; 2) kesegaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan, mencakup (a) kecepatan, (b) power, (c) keseimbangan, (d) kelincahan, (e) koordinasi, dan (f) kecepatan reaksi (Nurhasan, 2001:133).
Mengacu kepada batasan mengenai kesegaran jasmani dan pendapat para pakar mengenai unsur-unsur yang terdapat dalam kebugaran jasmani, maka dapat dikemukakan bahwa unsur yang terdapat dalam lingkup kebugaran jasmani, meliputi: 1) kekuatan, 2) daya ledak, 3) kecepatan, 4) kelenturan, 5) daya tahan otot, dan 6) daya tahan kardio-respiratori (Nurhasan, 2001:134).
Dalam lingkup pendidikan, menurut Nurhasan (2001:134) fungsi tes kebugaran jasmani dalam program pengajaran Penjaskes, meliputi:
1.      Mengukur kemampuan fisik siswa.
2.      Menentukan status kondisi fisik siswa.
3.      Menilai kemampuan fisik siswa, sebagai satu tujuan pengajaran Penjaskes.
4.      Mengetahui perkembangan kemampuan fisik siswa.
5.      Sebagai bahan untuk memberikan bimbingan dalam meningkatkan kebugaran jasmani siswa.
6.      Sebagai salah satu masukan dalam memberikan nilai pelajaran Penjaskes.
Menurut Nurhasan (2001:135), tes kesegaran jasmani Indonesia terdiri dari 5 butir tes, dengan rangkaian tesnya yaitu: 1) lari cepat, 2) angkat tubuh, 3) baring duduk, 4) loncat tegak, dan 5) lari jauh. Tes kesegaran jasmani Indonesia dikelompokkan berdasarkan tingkatan sekolah, yaitu:
1.      Tingkat Sekolah Dasar
Dalam proses pengukuran kesegaran jasmani tingkat Sekolah Dasar dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a.       Kelompok tingkat Sekolah Dasar kelas 1, 2 dan 3
Adapun bentuk tes kesegaran jasmani yang diberikan meliputi 5 butir tes (Nurhasan, 2001:135), yaitu
a.       Tes lari cepat 30 meter
b.      Tes angkat tubuh 30 detik
c.       Tes baring duduk 30 detik
d.      Tes loncat tegak
e.       Tes lari 600 meter
b.      Kelompok tingkat Sekolah Dasar kelas 4, 5 dan 6
Adapun bentuk tes kesegaran jasmani yang diberikan meliputi 5 butir tes (Nurhasan, 2001:148-149), yaitu
a.       Tes lari cepat 40 meter
b.      Tes angkat tubuh 30 detik
c.       Tes baring duduk 30 detik
d.      Tes loncat tegak
e.       Tes lari 600 meter
2.      Tingkat Sekolah Menengah Pertama
Adapun bentuk tes kesegaran jasmani yang diberikan meliputi 5 butir tes (Nurhasan, 2001:149-150), yaitu
a.       Tes lari cepat 50 meter
b.      Tes angkat tubuh (30 detik untuk putri; 60 detik untuk putra)
c.       Tes baring duduk 60 detik
d.      Tes loncat tegak
e.       Tes lari jauh (800 meter untuk putri; 1000 meter untuk putra)

3.      Tingkat Sekolah Menengah Atas
Adapun bentuk tes kesegaran jasmani yang diberikan meliputi 5 butir tes (Nurhasan, 2001:150-151), yaitu
a.       Tes lari cepat 50 meter
b.      Tes angkat tubuh (30 detik untuk putri; 60 detik untuk putra)
c.       Tes baring duduk 60 detik
d.      Tes loncat tegak
e.       Tes lari jauh (1000 meter untuk putri; 1200 meter untuk putra)

4.      Uraian pelaksanaan tes kesegaran jasmani Indonesia
a.      Tes lari cepat
1)   Alat dan fasilitas
a)   Lintasan lurus, rata dan tidak licin; jarak lintasan disesuaikan dengan kelompok atau tingkat sekolah
b)   Peluit
c)   Stopwatch
d)   Bendera start dan tiang pancang
e)   Formulir pencatat hasil tes
2)   Pelaksanaan
a)   Testee berdiri di belakang garis start dengan sikap start berdiri. Pada aba-aba ‘Ya’, stopwatch dijalankan dan testee berlari ke depan secepat mungkin menuju garis finish. Pada saat testee menyentuh/ melewati garis finish, maka stopwatch pun dihentikan.
b)   Kesempatan tes harus diulang bilamana: 1) pelari mencuri start dan berlari di luar lintasan, 2) pelari terganggu oleh pelari lainnya.
3)   Skor
Skor hasil tes yaitu waktu yang dicapai oleh pelari untuk menempuh jarak tertentu (sesuai dengan kelompok atau tingkat sekolah). Waktu dicatat sampai persepuluh detik.
b.      Tes angkat tubuh
1)   Alat dan fasilitas
a)   Lantai yang rata dan bersih
b)   Palang tunggal, yang tinggi rendahnya dapat diatur, sehingga testee dapat bergantung
c)   Stopwatch
d)   Formulir pencatat hasil tes

2)   Pelaksanaan
a)   Testee bergantung pada palang tunggal, sehingga kepala, badan dan tungkai lurus. Kedua lengan dibuka selebar bahu dan keduanya lurus.
b)   Testee mengangkat tubuhnya, dengan membengkokkan kedua lengan, sehingga dagu menyentuh atau melewati palang tunggal, kemudian kembali ke sikap semula. Lakukan gerakan tersebut secara berulang-ulang, tanpa istirahat selama waktu yang ditentukan.
3)   Skor
Skor hasil tes yaitu jumlah gerakan angkat tubuh pada palang tunggal yang mampu dilakukan testee selama waktu yang ditentukan.
c.       Tes baring duduk
1)   Alat dan fasilitas
a)   Lantai/ lapangan rumput yang bersih
b)   Stopwatch
c)   Formulir pencatat hasil tes
2)   Pelaksanaan
a)   Testee berbaring terlentang di atas lantai/ rumput. Kedua lutut ditekuk ± 900. Kedua tangan dilipat dan diletakkan di belakang kepala, dengan jari tangan saling berkaitan dan kedua tangan menyentuh lantai. Salah seorang teman testee membantu memegang dan menekan kedua pergelangan kaki, agar kaki testee tidak terangkat. Pada aba-aba ‘Ya’, testee bergerak mengambil sikap duduk, sehingga kedua sikunya menyentuh paha, kemudian kembali ke sikap semula. Lakukan gerakan itu berulang-ulang cepat tanpa istirahat selama waktu yang ditentukan.
b)   Gerakan baring duduk gagal, bilamana: 1) kedua lengan testee terlepas, sehingga jari-jarinya tidak terjalin, 2) kedua tungkai testee ditekuk dengan sudut lebih dari 900, 3) kedua siku testee tidak menyentuh paha.
3)   Skor
Skor hasil tes yaitu jumlah gerakan baring duduk yang mampu dilakukan testee dengan benar selama waktu yang ditentukan.
d.      Tes loncat tegak
1)   Alat dan fasilitas
a)   Dinding yang rata dan lantai yang rata dan cukup luas
b)   Papan berwarna gelap ukuran 30x150 cm, berskala satuan sentimeter, digantung pada dinding. Tinggi jarak antara lantai dengan angka 0 (nol) pada papan berskala ukuran 150 cm.
c)   Serbuk kapur dan alat penghapus
d)   Formulir pencatat hasil tes
2)   Pelaksanaan
Testee berdiri tegak dekat dinding, bertumpu pada kedua kaki, dan papan dinding berada di samping tangan kiri atau kanannya. Kemudian, tangan yang berada dekat dinding diangkat lurus ke atas telapak tangan, ditempelkan pada papan berskala, sehingga meninggalkan bekas raihan jarinya. Kedua tangan lurus berada di samping telinga. Kemudian testee mengambil sikap awalan dengan membengkokkan kedua lutut, lalu testee meloncat setinggi mungkin sambil menepuk papan berskala dengan tangan yang terdekat dengan dinding, sehingga meninggalkan bekas raihan pada papan berskala. Tanda ini menampilkan tinggi raihan loncatan testee. Testee diberi kesempatan melakukan sebanyak 3 kali loncatan.
3)   Skor
Ambil tinggi raihan yang tertinggi dari ketiga loncatan tersebut, sebagai hasil tes loncat tegak. Hasil loncat tegak diperoleh dengan cara hasil raihan tertinggi dari ketiga loncatan tersebut dikurangi tinggi raihan tanpa loncatan.
e.       Tes lari jauh
1)   Alat dan fasilitas
a)   Lapangan yang rata
b)   Peluit
c)   Stopwatch
d)   Bendera start dan tiang pancang
e)   Nomor dada
f)    Formulir pencatat hasil tes
2)   Pelaksanaan
Testee berdiri di belakang garis start. Pada aba-aba ‘Siap’, testee mengambil sikap start berdiri. Pada aba-aba ‘Ya’, stopwatch dijalankan dan testee lari secepat mungkin menuju garis finish. Pada saat testee menyentuh/ melewati garis finish, stopwatch dihentikan. Bila ada testee yang mencuri start, maka testee tersebut dapat mengulangi tes tersebut.
3)   Skor
Skor hasil tes yaitu waktu yang dicapai oleh pelari untuk menempuh jarak tertentu (sesuai dengan kelompok atau tingkat sekolah). Waktu dicatat sampai persepuluh detik.


BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Jenis Penelitian
Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi survei. Menurut Arikunto (2002:90), studi survei adalah salah satu pendekatan penelitian yang pada umumnya digunakan untuk pengumpulan data yang luas dan banyak.
Van Dalen (Arikunto, 2002:90-91) mengemukakan bahwa survei merupakan bagian dari studi deskriptif yang bertujuan untuk mencari kedudukan (status) fenomena (gejala) dan menentukan kesamaan status dengan cara membandingkannya dengan standar yang sudah ditentukan.
Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui status kesegaran jasmani siswa melalui tes kesegaran jasmani sesuai prosedur pelaksanaan tes yang digunakan. Penentuan statusnya adalah dengan membandingkan hasil tes kesegaran jasmani dengan standar atau norma penilaian tes kesegaran jasmani yang ada.

B.     Populasi dan Sampel
1.      Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2002:108). Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus.
Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Kertanegara Malang Tahun Pelajaran 2011/2012. Kelas VIII terbagi menjadi 2 kelompok/ kelas belajar, yaitu kelas VIIIA dan VIIIB. Adapun jumlah seluruh siswa kelas VIII tercantum dalam tabel berikut.
Tabel 3.1 Data Jumlah Siswa Kelas VIII
Kelas
Jumlah
Total
Putra
Putri
VIIIA
14
18
32
VIIIB
13
17
30
Jumlah
27
35
62

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa jumlah seluruh siswa kelas VIII SMP Kertanegara Malang Tahun Pelajaran 2011/2012 adalah 62 siswa.

2.      Sampel
Sampel adalah contoh atau wakil dari populasi yang cukup besar jumlahnya dengan tujuan untuk memperoleh keterangan mengenai obyeknya dengan jalan hanya mengamati sebagian saja dari populasi (Kartono, 1996:115). Sedangkan Arikunto (2002:109) mendefinisikan sampel, yaitu “sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti”.
Lebih lanjut, Arikunto (2002:112) menerangkan bahwa untuk sekedar ancer-ancer, jika subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika jumlah subyeknya besar maka dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih.
Merujuk pada pendapat Arikunto di atas, oleh karena populasi penelitian ini berjumlah kurang dari 100 siswa, maka jumlah sampelnya diambil dari seluruh populasi, yaitu 62 siswa kelas VIII SMP Kertanegara Malang Tahun Pelajaran 2011/2012.
Sementara itu, dalam proses pengumpulan data, sampel atau subyek dipisahkan, yaitu antara siswa putra dan putri. Alasannya adalah karena kemampuan atau kondisi fisik antara siswa putra dan putri adalah berbeda.

C.    Teknik Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes performance, berupa pelaksanaan tes Kesegaran Jasmani Indonesia untuk tingkat SLTP sesuai dengan prosedur pelaksanaan tes menurut Nurhasan (2001:149-150). Pada tahap pelaksanaan tes, peneliti menyediakan sarana dan prasarana tes yang ada. Kemudian peneliti memberikan penjelasan yang berhubungan dengan tujuan, maksud, dan manfaat dari tes yang akan diberikan dan dilaksanakan oleh siswa, sekaligus memberikan semangat atau motivasi agar siswa dapat melaksanakan tes dengan sungguh-sungguh sesuai prosedur yang telah ditetapkan.
Adapun prosedur pelaksanaan tes untuk masing-masing butir tes Kesegaran Jasmani Indonesia tingkat SLTP (Nurhasan, 2001:149-150) adalah, sebagai berikut:
1.      Tes lari cepat 50 meter
a.       Tujuan tes lari cepat 50 meter, yaitu untuk mengukur kecepatan lari seseorang (Nurhasan, 2001:136)
b.      Alat/ fasilitas
1)      Lintasan lurus, rata dan tidak licin; jarak lintasan adalah 50 meter
2)      Peluit
3)      Stopwatch
4)      Bendera start dan tiang pancang
5)      Formulir pencatat hasil tes
c.       Pelaksanaan
1)      Testee berdiri di belakang garis start dengan sikap start berdiri. Pada aba-aba ‘Ya’, stopwatch dijalankan dan testee lari ke depan secepat mungkin untuk menempuh jarak 50 meter. Pada saat testee menyentuh/ melewati garis finish, stopwatch dihentikan.
2)      Kesempatan tes harus diulang jika:
1)      Pelari mencuri start dan berlari di luar lintasan
2)      Pelari terganggu oleh pelari lainnya
d.      Skor
Skor hasil tes yaitu waktu yang dicapai oleh pelari untuk menempuh jarak 50 meter. Waktu dicatat sampai persepuluh detik.
2.      Tes angkat tubuh (30 detik untuk putri; 60 detik untuk putra)
a.       Tujuan tes angkat tubuh, yaitu untuk mengukur kekuatan dan daya tahan otot lengan dan bahu (Nurhasan, 2001:137)
b.      Alat/ fasilitas
1)      Lantai yang rata dan bersih
2)      Palang tunggal, yang tinggi rendahnya dapat diatur, sehingga testee dapat bergantung
3)      Stopwatch
4)      Formulir pencatat hasil tes
c.       Pelaksanaan
1)      Testee bergantung pada palang tunggal, sehingga kepala, badan dan tungkai lurus. Kedua lengan dibuka selebar bahu dan keduanya lurus.
2)      Kemudian testee mengangkat tubuhnya, dengan membengkokkan kedua lengan, sehingga dagu menyentuh atau melewati palang tunggal, kemudian kembali ke sikap semula. Lakukan gerakan tersebut secara berulang-ulang, tanpa istirahat selama waktu yang ditentukan.
d.      Skor
Skor hasil tes yaitu jumlah gerakan angkat tubuh pada palang tunggal yang mampu dilakukan testee selama waktu yang ditentukan.
3.      Tes baring duduk 60 detik
a.       Tujuan tes baring duduk, yaitu untuk mengukur kekuatan dan daya tahan otot perut (Nurhasan, 2001:141)
b.      Alat/ fasilitas
1)      Lantai/ lapangan rumput yang bersih
2)      Stopwatch
3)      Formulir pencatat hasil tes
c.       Pelaksanaan
1)      Testee berbaring terlentang di atas lantai/ rumput. Kedua lutut ditekuk ± 900. Kedua tangan dilipat dan diletakkan di belakang kepala, dengan jari tangan saling berkaitan dan kedua tangan menyentuh lantai. Salah seorang teman testee membantu memegang dan menekan kedua pergelangan kaki, agar kaki testee tidak terangkat. Pada aba-aba ‘Ya’, testee bergerak mengambil sikap duduk, sehingga kedua sikunya menyentuh paha, kemudian kembali ke sikap semula. Lakukan gerakan itu berulang-ulang cepat tanpa istirahat selama 60 detik.
2)      Gerakan baring duduk gagal, bilamana:
a)      Kedua lengan testee terlepas, sehingga jari-jarinya tidak terjalin
b)        Kedua tungkai testee ditekuk dengan sudut lebih dari 900
c)      Kedua siku testee tidak menyentuh paha
d.      Skor
Skor hasil tes yaitu jumlah gerakan baring duduk yang mampu dilakukan testee dengan benar selama 60 detik.
4.      Tes loncat tegak
a.       Tujuan tes loncat tegak, yaitu untuk mengukur daya ledak (power) otot tungkai (Nurhasan, 2001:144)
b.      Alat/ fasilitas
1)      Dinding yang rata dan lantai yang rata dan cukup luas.
2)      Papan berwarna gelap ukuran 30x150 cm, berskala satuan ukuran sentimeter, digantung pada dinding, dengan ketinggian jarak antara lantai dengan angka 0 (nol) pada papan berskala ukuran 150 cm.
3)      Serbuk kapur dan alat penghapus.
4)      Formulir pencatat hasil tes.
c.       Pelaksanaan
Testee berdiri tegak dekat dinding, bertumpu pada kedua kaki, dan papan dinding berada di samping tangan kiri atau kanannya. Kemudian, tangan yang berada dekat dinding diangkat lurus ke atas telapak tangan, ditempelkan pada papan berskala, sehingga meninggalkan bekas raihan jarinya. Kedua tangan lurus berada di samping telinga. Kemudian testee mengambil sikap awalan dengan membengkokkan kedua lutut, lalu testee meloncat setinggi mungkin sambil menepuk papan berskala dengan tangan yang terdekat dengan dinding, sehingga meninggalkan bekas raihan pada papan berskala. Tanda ini menampilkan tinggi raihan loncatan testee. Testee diberi kesempatan melakukan sebanyak 3 kali loncatan.
d.      Skor
Ambil tinggi raihan yang tertinggi dari ketiga loncatan tersebut, sebagai hasil tes loncat tegak. Hasil loncat tegak diperoleh dengan cara hasil raihan tertinggi dari ketiga loncatan tersebut dikurangi tinggi raihan tanpa loncatan.
5.      Tes lari jauh (1000 meter untuk putri; 1200 meter untuk putra)
a.       Tujuan tes lari jauh, yaitu untuk mengukur daya tahan kardiorespiratori (Nurhasan, 2001:147)
b.      Alat/ fasilitas
1)      Lapangan yang rata atau lintasan yang telah diketahui panjangnya sehingga mudah untuk menentukan jarak 1000 atau 1200 meter
2)      Peluit
3)      Stopwatch
4)      Bendera start dan tiang pancang
5)      Nomor dada
6)      Formulir pencatat hasil tes
c.       Pelaksanaan
Testee berdiri di belakang garis start. Pada aba-aba ‘Siap’, testee mengambil sikap start berdiri. Pada aba-aba ‘Ya’, stopwatch dijalankan dan testee lari secepat mungkin menuju garis finish. Pada saat testee menyentuh/ melewati garis finish, stopwatch dihentikan. Bila ada testee yang mencuri start, maka testee tersebut dapat mengulangi tes tersebut.
d.      Skor
Skor hasil tes yaitu waktu yang dicapai oleh pelari untuk menempuh jarak 1000 meter (putri) atau 1200 meter (putra). Waktu dicatat sampai persepuluh detik.

D.    Teknik Analisis Data
Data penelitian yang terkumpul adalah data kuantitatif, karena datanya berupa angka-angka. Dengan demikian digunakan teknik statistik dalam proses penganalisaan data penelitian. Namun demikian, karena standar atau norma penilaian tes Kesegaran Jasmani Indonesia telah ditentukan, maka untuk mengetahui status kesegaran jasmani siswa, peneliti menganalisa data dengan teknik analisis persentase (%).
Hasil analisis persentase (%) tersebut berupa kategori, yaitu Baik Sekali, Baik, Cukup, Kurang, dan Sangat Kurang.
Adapun selengkapnya mengenai langkah-langkah dalam penganalisaan data penelitian adalah, sebagai berikut:
1.      Menentukan nilai mean/ rata-rata tes
Analisis nilai mean/ rata-rata digunakan untuk mengetahui rata-rata pencapaian hasil tes untuk tiap butir tes serta menentukan rata-rata status kesegaran jasmani siswa. Adapun rumus yang digunakan, sebagai berikut:
di mana;
M      :  Mean/ rata-rata
∑x     :  Jumlah skor hasil tes
N      :  Jumlah seluruh siswa

2.      Menghitung persentase (%) hasil tes
Analisis persentase (%) digunakan untuk mengetahui besaran pencapaian hasil tes dan status kesegaran jasmani siswa dalam bentuk %. Adapun rumus yang digunakan, sebagai berikut:
di mana;
P       :  Persentase (%)
F       :  Frekuensi siswa (menurut kategori hasil tes)
N      :  Jumlah seluruh siswa
3.      Menentukan status kesegaran jasmani siswa
Penentuan status kesegaran jasmani siswa adalah dengan cara membandingkan hasil tes kesegaran jasmani siswa dengan norma penilaian tes Kesegaran Jasmani Indonesia. Adapun norma penilaian tes Kesegaran Jasmani Indonesia menurut Depdikbud (1995) adalah:
Tabel 3.2 Norma Penilaian Tes Kesegaran
Jasmani Indonesia untuk SLTP
Butir Tes 1
Butir Tes 2
Butir Tes 3
Butir Tes 4
Butir Tes 5
Nilai
Putra
(detik)
Putri (detik)
Putra
Putri
Putra
Putri
Putra (cm)
Putri (cm)
Putra
(detik)
Putri (detik)
<6,8
<7,4
>18
>14
>24
>20
>49
>45
<8,15
<10,15
5
6,8–7,3
8,5–7,4
14–18
11–14
19–24
16–20
43–49
38–45
8,15–10
10,15–12
4
7,4–8,1
9,7–8,6
9–13
7–10
13–18
11–15
36–42
31–37
10,01–12,3
12,01–14,3
3
8,2–9,2
10,9–9,8
4–8
3–6
7–12
5–10
29–35
24–30
12,31–14,3
14,31–16,3
2
>9,2
>10,9
<4
<3
<7
<5
<29
<24
>14,3
>16,3
1

Keterangan:
a.       Butir tes 1 adalah tes lari cepat 50 meter
b.      Butir tes 2 adalah tes angkat tubuh (30 detik untuk putri; 60 detik untuk putra)
c.       Butir tes 3 adalah tes baring duduk 60 detik
d.      Butir tes 4 adalah tes loncat tegak
e.       Butir tes 5 adalah tes lari jauh (800 meter untuk putri; 1000 meter untuk putra)
Berdasarkan norma penilaian tes di atas, maka diketahui nilai tertinggi hasil tes pada tiap butir tes adalah 5 dan terendah adalah 1. Sedangkan total nilai hasil tes untuk seluruh butir tes adalah 25 (tertinggi) dan 5 (terendah). Dari analisis penilaian tes tersebut, maka dapat disusun kategori penentuan status kesegaran jasmani siswa, sebagai berikut:
Tabel 3.3 Status Kesegaran Jasmani Siswa
Nilai Akhir
Status Kesegaran Jasmani
21 – 25
Baik Sekali
16 – 20
Baik
11 – 15
Cukup
6 – 10
Kurang
1 – 5
Sangat Kurang